Kamis, 29 Desember 2016

Alahan Panjang ( Sejuknya Udara Perkebunan)

Kini saya kembali ke utara ke jalan lintas padang - solok. Tujuan saya adalah desa alahan panjang, desa kecil yang berada di kabupaten solok selatan, sumatera barat. Sekitar 3 jam perjalanan menggunakan mobil dari tempat saya sekarang di kecamatan terusan. Setelah melalui daerah setinjau laut yang begitu menanjak dan berkelok-kelok saya sampai di persimpangan di kota arusoka, jika lurus menuju lintas tengah sumatera dan tujuan saya belok kanan menuju ke daerah kerinci jambi. Desa alahan panjang terletak di jalan lintas padang - sungai penuh yang berada di provinsi jambi.
Pemandangan nya sungguh indah terdiri dari bukit-bukit yang merupakan bagian dari bukit barisan. Perkebunan teh di kiri kanan jalan yang yang lalui, sungguh menakjubkan melihat hal-hal seperti ini. Udaranya sungguh sejuk khas pegunungan.


Saya sampai di alahan panjang pukul 11.00 WIB. Desa di atas bukit nan sejuk. Tujuan saya kini ke danau kembar, nama lain nya danau di atas dan danau di bawah. Danau di atas letak nya lebih tinggi dari pada danau di bawah tetapi lebih dangkal dari pada danau di bawah sehingga permukaan air kedua danau ini jika di perhatikan terlihat sama rata. Jika kita melihat di satu titik berdiri yang pas maka kita akan bisa melihat keindahan ke dua danau ini secara bersamaan. Sekali lagi saya terpukau oleh keindahan ciptaan tuhan.
(bersambung)


Rabu, 28 Desember 2016

Pulau Pagang ( Pasir Putih Air Biru )

Ini adalah pengalaman pertama saya menyeberangi lautan dengan menggunakan kapal nelayan. Keuangan saya kini mulai menipis jadi saya putuskan menggunakan kapal nelayan untuk menyeberangi salah satu pulau yang ada di di kawasan wisata mandeh ini. Pulau Pagang itu adalah tujuan saya selanjutnya.
Air biru menyambut saya dalam perjalanan ini, dasar laut terlihat jelas, sungguh pemandangan yang menakjubkan.
Setelah 1 jam meninggalkan daratan pulau sumatera saya sampai di pulau pagang. Pasirnya sungguh putih, terik matahari sungguh menyegat dan gulungan ombak membuat mata tak berhenti bergerak ke sana kemari.

Banyak hal yang bisa kita lakukan di pulau ini,  berjemur di tepi pantai, snorkling atau pun berenang ke pulau pemutusan yang tak jauh letaknya dari pulau ini. Tapi hal yang pertama saya lakukan adalah mengeluarkan kamera untuk memotret keindahan sekitar pulau dan tentu saja diri saya sendiri.

Saya menginap semalam di pulau ini, jangan harapkan fasilitas nya seperti penginapan yang ada di kota-kota. Tidak ada Tv, kasur empuk ataupun pendingin ruangan yang ada hanyalah kipas angin yang menurut saya antara hidup dan mati.
(bersambung)

Mandeh ( Raja Ampat nya Sumatera Barat )

Saya tak berlama-lama di kota padang esok harinya saya lanjutkan perjalanan ke arah selatan, destinasi berikutnya adalah kawasan objek wisata mandeh yang di sebut-sebut sebagai Raja Ampat nya sumatera barat. Jalan yang saya lalui ini merupakan jalan lintas barat sumatera, jika kita terus ke selatan maka ujung jalan ini adalah lampung melalui bengkulu. Tapi saya tidak sampai di sana, tujuan saya cuma kecamatan terusan yang berada di kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten paling selatan provinsi sumatera barat yang berbatasan dengan provinsi Bengkulu. Mulai dari pelabuhan teluk bayur di kota padang sampai tugu perbatasan Kabupaten Pesisir Selatan jalan yang saya lalui berkelok-kelok mengikuti alur teluk bayur dan teluk kabung yang berada di tebing pinggiran laut setelah itu kiri kanan jalan melewati desa-desa kecil dan persawahan warga.
Setelah 2 jam perjalanan saya sampai di desa terusan, saya belok ke sebelah kanan karena bila terus saya akan sampai ke Bengkulu dan itu belum tujuan saya.
Jalan yang saya lewati setelahnya sungguh kecil jika 2 mobil yang melalui jalan tersebut maka salah satu harus ada yang mengalah jika tak ingin bertubrukan. Sesaat kemudian saya sampai di puncak mandeh. Pemandangan nya sungguh buat mata terlena di depan saya terdapat gugusan pulau yang merupakan bagian dari objek wisata mandeh yang tahun 2015 lalu di datangi oleh presiden indonesia jokowi widodo.
(bersambung)



Padang ( Sunset di Tepian Samudera)

Pagi hari yang begitu cerah, walaupun badan masih sakit akibat mendaki gunung kemarin saya tetap melanjutkan perjalanan menuju kota padang. Waktu yang di perlukan menuju kota padang dari koto baru kurang lebih 2 jam. Jalan lurus dan turun naik di lewati hanya sampai kota padang panjang setelah itu jalan berkelok-kelok bagaikan obat nyamuk bakar. Jalan ini bagian dari lembah anai, terdapat air terjun indah di tepian jalan ini,orang-orang menyebutnya air terjun lembah anai. Saya sempatkan waktu untuk memotret sejenak air terjun ini.

Pukul 11.00 saya sampai di kota padang, tujuan utama saya mencari hotel karena badan ini sungguh sangat lelah. Setelah berkeliling saya menemukan hotel di sekitaran pusat kota padang. Kasur empuk tidak saya jumpai beberapa hari selama mendaki gunung, sungguh nikmat rasanya kasur ini tak terasa saya pun tertidur pulas di atasnya.
Sore hari nya saya berjalan di pinggir laut kota padang, orang padang menyebutnya Taplau ( tapian lauik ) bahasa indonesia nya tepian laut, di seberang sana merupakan samudera hindia. Di kala sore hari menjelang senja seperti ini tempat ini merupakan tujuan favorit bagi warga padang maupun wisatawan yang ingin menikmati sunset yang indah di tepian samudera. Beberapa hari kemarin saya takjub melihat matahari terbenam di antara celah-celah gunung, kini saya kembali menikmati tapi kini matahari terbenam di dasar lautan. Tuhan tau bagaimana membuat manusia takjub dengan melihat ciptaan nya.
(bersambung)


Gunung Merapi ( Perjalanan Menuju Puncak )

Malam ini ku tak bisa tidur, dingin nya begitu menusuk sampai ke tulang. Aku sudah memakai baju 4 lapis tapi masih terasa seperti dalam kulkas. Tak sabar rasa nya menunggu pagi untuk perjalanan menuju puncak.
Dan beberapa saat kemudian pagi pun telah tiba. Aku membuka sekapan tenda, matahari baru muncul di atas permukaan tanah. Pagi hari di atas sini sungguh terasa indah. Dingin yang tadi begitu menusuk seperti terlupakan.

Setelah merasa puas melihat keindahan sunrise di atas sini, aku dan teman-teman kembali melanjutkan perjalanan. Saat ini kami berada di cadas tempat orang biasa mendirikan tenda sebelum menuju puncak gunung merapi. Di area cadas jalan penuh batu terjal, terpeleset sedikit kita akan terjun bebas ke bawah. Perjalanan menuju puncak merapi memerlukan waktu kurang lebih 2 jam.

Setelah berjalan selama 2 jam sampai lah kami di puncak. Puncak merpati nama nya. Di sini lah titik tertinggi gunung merapi,tinggi 2.892 m di atas permukaan laut.
Di puncak merpati ini terdapat monumen abel tasman. Seorang mahasiswa dari kota padang yang meninggal dunia akibat letusan gunung merapi tahun 1992. Gunung merapi termasuk gunung yang aktif sejak akhir abad ke 18 hingga kini gunung ini telah lebih 50 kali meletus termasuk tahun 1992 tragedi yang menimpa abel tasman.
Saat ini saya berada di tepian kawah gunung merapi, bau belerang menyegat menusuk hidung, asap-asap bergumpalan dari bawah menuju atas. Saya harus berhati-hati angin di atas sini sangat kencang, badan seperti melayang di buat nya.

Persediaan air kami kini menipis, tapi di atas sini masih ada sumber mata air terletak di taman edelweis. Taman bunga abadi. Kenapa di sebut bunga abadi karena bunga ini mekar dalam jangka waktu yang cukup lama dan hanya terdapat di daerah yang cukup tinggi dengan sinar matahari cukup banyak. Saya pernah dengar cerita tentang bunga ini dari seorang kawan. Mitos nya jika kita memberikan bunga ini kepada seseorang yang kita cintai maka untuk selanjutnya hubungan cinta kita abadi. Saya tidak tau cerita ini benar atau tidak tapi menurut saya cukup menggambar kan betapa unik nya bunga ini.
Pemandangan di sini sangat indah seperti tempat-tempat lainnya yang berada di gunung ini, dari jauh terlihat danau singkarak danau terbesar di sumatera barat. Dan tak terasa matahari sudah berdiri tegak di atas kepala. Kini waktunya turun kebawah karena target kami sebelum matahari terbenam kami sudah berada di pos koto baru untuk esok hari melanjutkan perjalanan ke kota padang.
(bersambung)



Senin, 26 Desember 2016

Gunung Merapi ( Gunung Wisata )

Setelah melakukan perjalanan sekitar setengah jam dari kota bukit tinggi sampailah saya di pos pendakian gunung merapi yang berada di koto baru. Di sini segala hal saya persiapkan mulai dari jaket tebal, makanan ringan dan air minum. Soal pembekalan saya tak khawatir karena di atas sana banyak warung-warung yang menjual makanan dan minuman. Biasanya sang penjual merupakan warga koto baru.
Gunung ini memang gunung wisata, setiap hari banyak sekali orang yang mendaki nya. Jika ada hari-hari khusus seperti perayaan 17 agustus atau pun tahun baru cukup sulit untuk mendirikan tenda di atas sana karena begitu padat nya manusia di atas sana.
Saya mendaki bersama 4 orang teman yang juga warga tembilahan. Setelah semua sudah siap dan waktu telah menunjukkan pukul 09.00 WIB, kami mendaftar ke petugas,biaya administrasi untuk ke atas cuma 5.000 rupiah perorangan.
Jalan yang kami lalui dari pos merupakan jalan setapak tapi masih bisa di lalui sepeda motor dan sekeliling masih banyak perkebunan warga.

Setelah berjalan kurang lebih 30 menit kami pun sampai di pos pesangrahan, di pos ini masih terdapat musholla dan toilet. Dari pos ini lah pendakian sesungguhnya di mulai, yang ada di sekitar merupakan hutan belantara bagian dari lereng gunung merapi. Setiap setengah jam sekali kami istirahat untuk melepas lelah. Tak terasa 4 jam sudah kami lalui dan sampai di pintu angin. Di sini kami istirahat lagi sambil melihat gunung singgalang yang ada di depan. Setelah puas kami lanjutkan perjalanan ke cadas. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, kami pun sampai di cadas. Setelah mendirikan tenda disini kami cekrek-cekrek lagi. Kamu beruntung langit masih cerah dan dengan sempurna melihat keindahan tuhan. Saya begitu terpesona melihat cakrawala dari atas sini. Sungguh indah kata-kata pun seperti tidak bisa menggambar kan keindahan nya. Walaupun cuaca dingin begitu menusuk tapi saya begitu menikmati yang ada di hadapan saya. Begitu sempurna ciptaan tuhan.
(bersambung)




Minggu, 25 Desember 2016

Bukit tinggi (The Dream Of Sumatera)

Kota ini di kembangkan memang untuk tujuan pariwisata. Dengan hawa yang dingin khas pegunungan dan banyak terdapat tempat-tempat bersejarah seperti lubang Jepang, benteng Fort De kock dan Jam Gadang ( Jam besar dalam bahasa Indonesia). Dan kota ini juga di apit oleh 2 buah gunung yaitu gunung merapi dan gunung singgalang.

Saya menginap di hotel ambun sari. Sebuah hotel yang strategis karena dekat dengan jam gadang atau lubang Jepang. Di hotel ini tidak terdapat pendingin ruangan karena memang udara sudah dingin. Setelah istirahat sejenak saya pergi menuju jam gadang.
Jam gadang menjadi simbol kota bukit tinggi. Ada pepatah mengatakan kalau belum ke jam gadang maka anda belum ke bukit tinggi. Jam ini di bangun pada masa penjajahan Belanda dan telah berusia 90 tahun, selesai di bangun tahun 1926 sebagai hadiah ratu Belanda kepada sekretaris Fort De Kock (sekarang bukit tinggi) Rook Maker dan di rancang oleh Yazid Rajo Mangkuto. Di sekitar jam gadang banyak terdapat padagang yang menjual berbagai macam barang seperti baju, mainan anak atau pun bagi yang ingin berfoto terdapat juru foto khusus.

Setelah selesai melihat jam gadang saya lanjutkan perjalanan menuju lubang Jepang dengan menggunakan bendi, seperti becak yang di tarik oleh kuda.
Lubang Jepang wisata sejarah lainnya yang terdapat di bukit tinggi. Lubang ini di bangun pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942 sebagai benteng pertahanan. Pekerja nya banyak di datangkan dari luar daerah seperti Jawa, Sulawesi dan Kalimantan dengan tujuan untuk merahasiakan proyek ini. Panjangnya sekitar 1.400 meter dan berkelok-kelok serta lebar nya 2 meter. Di dalam nya terdapat bekas ruangan tahanan, ruangan pengintaian, penyergapan dah gudang senjata. Cukup angker di dalam sini karena menurut cerita banyak pekerja yang meninggal saat mengerjakan lubang ini.

Setelah beberapa saat berada di lubang ini saya kembali ke hotel untuk beristirahat, karena esok saya harus mempersiapkan diri untuk mendaki gunung wisata yang ada di sumatera barat, Gunung merapi.
(bersambung)